Sunday, April 25, 2010

Dalam Kenangan

Alat bantu pernafasan telah terpasang, berbagai macam selang juga telah tertanam di beberapa bagian tubuhnya ketika aku datang dan melihatnya di ruang ICCU….

Nafasnya tersegal segal………beberapa perawat sedang berusaha mengeluarkan cairan dari mulutnya, sesekali dadanya dipompa dengan tekanan telapak tangan………tubuhnya yang gempal terkulai lemas, matanya tertutup rapat , tidak ada senyum gigi ompongnya, tidak ada teriakan suaranya yang khas……….. dia sedang berjuang antara hidup dan mati.

Aku tak sanggup untuk terus berada diruang ICCU itu……..menyaksikan jagoan kecil itu berjuang, badanku bergetar, nafasku sesak……..gemuruh hebat berkecamuk dalam dadaku, ingin rasanya aku berteriak  “biarkanlah aku yang menggantikan posisinya…..!!”.
Aku tak kuat lagi melihatnya dan memutuskan untuk segera keluar dari ruangan ICCU itu kembali keruang ganti baju para penjenguk pasien. Airmata ini sudah tidak lagi tertahankan hingga tangiskupun pecah di salah satu sudut ruang ganti baju……..

Baru tiga hari yang lalu….....ya baru tiga hari yang lalu kami masih menikmati kebersamaan dengan DITO. Seperti biasanya setiap dua minggu sekali adikku yang tinggal di Bandung datang untuk melihat anaknya, kebetulan tgl. 2 – 4 April adalah long week end hingga dia bisa memiliki waktu agak panjang untuk menikmati kebersamaan itu.

Minggu siang, kami masih pergi bersama untuk menghadiri pesta perkawinan salah satu kerabat dan tidak ada tanda22 bahwa DITO menderita sakit.

Senin pagi, seperti biasanya sebelum berangkat ke kantor aku selalu datang kerumah orangtuaku dan aku lihat DITO tidak seceria seperti biasanya dan menurut neneknya badannya agak demam tapi dia masih tetap masuk sekolah. Melihat anaknya lesu, adikku juga tidak jadi balik ke Bandung, dia berniat untuk menemani anaknya dan membawanya ke dokter.........

Selasa pagi DITO dibawa ke dokter dan katanya hanya menderita radang tenggorokan (dokter sama sekali TIDAK MENYARANKAN UNTUK PERIKSA DARAH).

Rabu pagi, sebelum berangkat ke kantor seperti biasanya aku kerumah orangtuaku dan menanyakan keadaan DITO dan katanya semalaman DITO muntah beberapa kali tetapi suhu badannya tidak panas tinggi hanya sedikit demam saja (kami menduga mungkin obat yang diberikan dokter terlalu keras untuknya dan akan dibawa kembali kedokternya)

Entah bagaimana cerita dan alasannya (karena aku juga sibuk di kantor dan tidak ada yang mengabari tentang perkembangan DITO di rumah sesiangan itu) bertepatan aku pulang dari kantor pada jam 18.30 malam DITO baru dibawa ke rumahsakit dengan kaki dan tangan yang sudah sedingin es.

Kami cari rumah sakit terdekat dengan inisiatif periksa darah dan dari hasil periksa darah ternyata DITO menderita positive DBD dan typus.......ALLAHUAKBAR... kenapa kami bisa kecolongan seperti ini.....??? langsung DITO dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Anak dan Bunda jakarta.

Sampai di UGD – RSAB semua dokter bertindak, ada beberapa dokter terlihat panik sambil sesekali bertanya ”kenapa baru dibawa sekarang........??!!”

Kenapa..???? entahlah pertanyaan yang tidak pernah aku temukan jawabannya hingga detik ini.

Malam itu menurut kakak dan adikku yang menunggui DITO di ruang ICCU kondisi DITO masih stabil, dia masih bisa berbincang dan bercanda meskipun selang sudah mulai terpasang di beberapa bagian tubuhnya (karena paru-parunya sudah mulai terendam air) dan dia juga masih bisa tersenyum.
Sedikit harapan terbesit setelah dokter mengatakan InsyaAllah Dito kuat dan selamat........para suster di ruang ICCU juga mengatakan kondisi Dito belum terlalu jelek jika dibandingkan pasien ICCU lainnya.

Manusia punya pengharapan, punya keinginan, punya cita-cita, tetapi jika Allah sang maha penentu sudah menetapkan takdirnya, manusia hanya bisa menyakini bahwa ketentuanNYA lah yang terbaik....................

Kamis jam 9.00 pagi kondisi Dito tiba22 drop, alat bantu pernafasan sudah tidak lagi membantu, cairan di paru-parunya semakin banyak dan tiba22 terjadi perdarahan pada lambungnya...........
Panggilan suster perawat agar keluarga besar Dito masuk ke dalam ruang ICCU, mengagetkan kami semua..........dokter berusaha semaksimal mungkin, para suster juga saling memberikan dukungan agar Dito tetap kuat tetapi semua usaha itu tidak ada responnya kondisi jantungnya tak lagi berdetak Dito hanya terdiam terbujur kaku........dan tepat hari Kamis tgl. 8 April 2010 jam 14.00 siang Dito telah pergi meninggalkan kami semua untuk bertemu dengan Mama-nya tercinta diusianya yang belum lagi genap 7 tahun


Selamat jalan Dito............

Bunda tetap sayang Dito dimanapun Dito berada..........

anak bunda dengan gigi ompong, anak bunda yang pasti sekarang berada di surga.....


Illa hadiroti Nabi Muhammad SAW, Alfatihah….

Illa hadiroti Ade Dito Hanny Putra bin Mochamad Hary K., Alfatihah....…

Saturday, April 24, 2010

Cahaya Ketiga

Aku memang belum pernah bercerita tentang satu sosok laki22 kecil yang juga hadir dalam hidupku. Laki22 kecil dengan kulitnya yang putih bersih, badannya yang gempal, mukanya yang bulat lengkap dengan pipi tembem serta banyak gigi ompong dimulutnya dan dia bernama

ADE DITO HANNY PUTRA

Yaa.......dia anak adikku yang sudah seperti anak kandungku sendiri....usia nya yang hanya terpaut 6 bulan dengan anak2ku membuat aku merasa memilki 3 anak kembar laki22


Di usianya yang belum lagi genap 4 tahun dia sudah ditinggal pergi Mama-nya untuk kembali ke sang pencipta karena serangan kanker servic yang diderita selama hampir 2 tahun. Setelah itu Ditto menjadi anak ’keluarga besar’ kami.......yang tadinya dia menetap di Bandung tanah kelahirannya bersama Papa-nya [adikku] sekarang dia diambil alih untuk tinggal di Jakarta bersama kedua orangtuaku – kakek neneknya

Dito memang tinggal dengan kakek neneknya, tetapi kesehariannya dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak2ku dirumah [kebetulan rumah kami : aku, kakakku dan orangtuaku berada dalam satu kompleks perumahan].

Selepas pulang sekolah, makan siang, tidur siang, main komputer, mandi sore, hingga menjelang maghrib dia selalu berada dirumahku untuk bermain bersama abang dan ade.
Sama seperti anak2ku, DITO juga memanggil aku dengan sebutan BUNDA.........kemanapun kami pergi kebersamaan dengan DITO adalah wajib untuk anak2ku.

Jujur..........terkadang aku juga merasa lelah jika harus mengasuh 3 orang anak laki-laki yang selalu aktif berlarian dalam rumah, belum lagi suasana kamar tidur yang berantakan ditambah suara teriakan khas anak22 yang bersahut-sahutan *argghhh...rasanya kepala mau pecah* tetapi justru gelak tawa itulah perekat bathin antara anak22ku dengan DITO.

Semampuku, aku berusaha untuk tidak membedakan kasih sayangku terhadap tiga jagoan kecil itu.........setiap keluar kota selalu aku usahakan untuk membeli 3 buah oleh22 yang sama. Begitu juga jika waktunya Lebaran Idul fitri datang, daftar belanjaanku utamanya pasti untuk keperluan 3 jagoan cilik itu.

Serunya lagi jika ada salah satu diantara mereka tidak mendapatkan mainan yang sama, hampir pasti akan ada tangisan melow drama yg bikin hati jadi gag tega.........seperti kejadian suatu hari ketika salah satu jagoan dapat kado ulang tahun berupa sepeda baru........lalu apa yg terjadi.........???? dua jagoan yang lain langsung ngambek dengan airmata yg tidak pernah kering dan jadilah kami keluarga besar patungan untuk membeli lagi 2 buah sepeda baru yang sama plek sampai model dan warnanya dengan harga yang tidak bisa dibilang murah........

Ya......keluarga besar kami selalu berusaha menyenangkan hatinya DITO.....karena kami sadar diusianya yang masih kecil, yang seharusnya dia masih merasakan hangatnya pelukan seorang ibu tapi justru dia dipaksa untuk mandiri karena jauh dari Mamanya yg telah berada di surga dan Papanya yang menetap di Bandung [sebagai PNS TVRI bandung].

Untuk ketiga jagoan cilik itu, aku juga sudah mempunyai rencana beberapa tahun kedepan.......membayangkan adanya pesta kecil acara sunatan mereka rasanya hati ini tidak sabar menanti saat itu tiba.

Sebisa mungkin, sekuat tenaga yang aku miliki, dengan keterbatasan situasi yang aku hadapi, aku selalu berusaha untuk memposisikan DITO sama dengan posisi anak2ku karena lelaki kecil itu memang telah menjadi bagian dalam hidupku, hidup anak22ku, juga kehidupan keluarga besar kami....................

df